Rifky Aritama

Kesalahan Umum dalam Personal Branding dan Cara Menghindarinya

kesalahan personal branding

Daftar Isi

Di era digital saat ini, personal branding bukan lagi pilihan—tapi kebutuhan. Baik kamu seorang freelancer, content creator, profesional, atau pemilik usaha kecil, bagaimana kamu membangun dan memperlihatkan dirimu di media sosial dan platform profesional bisa sangat memengaruhi peluang dan kepercayaan yang kamu dapatkan.

Namun, dalam praktiknya, banyak orang melakukan kesalahan dalam membangun personal branding. Alih-alih memperkuat citra diri, mereka justru kehilangan keaslian, relevansi, bahkan kepercayaan dari audiensnya. Artikel ini akan membahas kesalahan-kesalahan umum dalam personal branding dan cara menghindarinya—supaya branding kamu nggak cuma terlihat keren, tapi juga berdampak.

1. Terlalu Fokus pada Estetika, Lupa Esensi

Desain yang estetis memang penting. Tapi, kalau cuma bagus di tampilan tanpa konten yang bermakna, branding kamu nggak akan bertahan lama. Banyak orang terlalu sibuk mengatur feed Instagram, warna template, dan font—tapi lupa merancang pesan utama dalam kontennya.

Cara menghindari:

Mulailah dari core values. Apa nilai yang ingin kamu bawa? Apa keahlian atau misi utama kamu? Baru setelah itu kamu bisa turunkan ke elemen visual yang mendukung pesan tersebut.

2. Meniru Mentah-Mentah Tokoh Lain

Role model itu penting, tapi bukan berarti kamu harus menjiplak semua gaya bicara, jenis konten, hingga cara berpakaian mereka. Branding kamu jadi nggak otentik dan susah dibedakan dari yang lain.

Contoh:

Kamu kagum sama content creator A yang sering bikin konten motivasi sambil pakai jas dan nada suara serius. Kamu pun ikut-ikutan, padahal karakter kamu lebih santai dan ringan. Hasilnya? Audiens bingung dan merasa kamu “bukan kamu banget“.

Cara menghindari:

Ambil inspirasi, bukan meniru. Temukan tone of voice dan gaya komunikasi yang sesuai dengan kepribadian dan audiensmu.

3. Nggak Konsisten dalam Menyampaikan Pesan

Hari ini kamu bicara soal self-growth, besok tentang skincare, lusa tentang investasi, dan minggu depannya hilang tanpa kabar. Personal branding yang loncat-loncat seperti ini bikin audiens bingung dan akhirnya nggak bisa mengasosiasikan kamu dengan satu topik yang kuat.

Cara menghindari:

Fokus ke satu hingga dua niche utama. Boleh bahas hal lain, tapi usahakan masih relevan dengan topik besar kamu. Bikin editorial plan atau kalender konten buat menjaga arah komunikasi tetap jelas.

Baca Juga: “Cara Bangun Personal Branding Buat Pemula

4. Takut Menunjukkan Proses

Banyak orang merasa personal branding harus selalu terlihat “sukses” dan “terlihat berprestasi”. Padahal, justru audiens zaman sekarang lebih terhubung dengan kejujuran dan perjalanan.

Contoh:

Alih-alih cuma post hasil menang lomba menulis, kamu juga bisa berbagi proses belajar, tulisan gagal, atau pengalaman ditolak editor. Itu bikin branding kamu lebih membumi dan relatable.

Cara menghindari:

Berani bagikan proses, bukan hanya hasil akhir. Kamu bisa pakai storytelling buat menunjukkan progresmu. Ingat, branding bukan soal pencitraan, tapi pembentukan kepercayaan.

5. Terlalu Sering “Pamer” Tanpa Konteks

Salah satu kesalahan paling umum dan sensitif adalah terlihat seperti pamer. Misalnya, posting penghasilan, klien besar, atau pencapaian tanpa konteks yang jelas. Ini bisa dianggap tidak empatik atau bahkan menjauhkan audiens.

Cara menghindari:

Ubah narasi dari “look at me” jadi “learn with me.”

Misalnya:

✅ “Dulu aku nggak ngerti cara negosiasi harga. Setelah banyak belajar, akhirnya bisa dapat klien besar ini. Ini beberapa tipsku…”

⛔️ “Akhirnya deal juga sama klien X. Target 100 juta kelar!”

6. Mengabaikan Audiens

Branding bukan soal kamu doang, tapi juga tentang bagaimana kamu berinteraksi dan memberi manfaat buat audiensmu. Banyak orang terlalu fokus bikin konten keren tanpa memikirkan kebutuhan atau minat audiensnya.

Cara menghindari:

Kenali siapa audiensmu. Dengar feedback mereka. Bangun hubungan dua arah lewat komentar, DM, atau polling. Branding yang kuat lahir dari komunitas yang merasa terlibat.

7. Nggak Menggunakan Platform yang Tepat

Kadang branding kamu sudah bagus, tapi platform yang kamu pilih nggak sesuai. Misalnya kamu targetnya profesional muda, tapi kamu fokusnya di TikTok dan bukan LinkedIn. Atau sebaliknya.

Cara menghindari:

Pahami di mana audiensmu paling aktif. Bangun branding yang relevan di sana. Nggak harus ada di semua platform—yang penting efektif.

8. Jarang Evaluasi dan Adaptasi

Dunia digital berubah cepat. Apa yang relevan hari ini bisa basi besok. Kalau kamu nggak rutin evaluasi dan adaptasi, personal branding kamu bisa tertinggal.

Cara menghindari:

Lihat performa konten, simak tren, dan tetap belajar. Branding bukan bangun sekali terus selesai—tapi perjalanan berkelanjutan.

9. Overpromise, Underdeliver

Branding itu janji. Kalau kamu memposisikan diri sebagai expert, tapi isi kontennya dangkal atau nggak sesuai harapan, maka kepercayaan bakal hilang.

Contoh:

Judul kontenmu “Tips jadi freelance sukses 3 bulan”, tapi isinya cuma motivasi tanpa tips teknis. Itu overpromise.

Cara menghindari:

Janjikan yang bisa kamu deliver. Fokus memberi value nyata lewat insight, pengalaman, atau solusi.

10. Nggak Punya Personal Touch

Personal branding tanpa sentuhan personal terasa kaku dan membosankan. Orang ingin tahu siapa kamu, bukan cuma apa yang kamu bisa.

Cara menghindari:

Sisipi cerita, kebiasaan, atau opini kamu dalam konten. Tunjukkan sisi manusiawi, bukan cuma profesionalnya. Tapi tetap sesuai batasan yang nyaman buat kamu ya!

Personal Branding Bukan Sekadar “Tampil Keren”

Personal branding yang efektif bukan soal pencitraan kosong atau sekadar visual yang enak dilihat. Tapi tentang bagaimana kamu membangun kepercayaan, relevansi, dan kedekatan emosional dengan audiens.

Ingat: branding yang jujur dan konsisten lebih kuat daripada branding yang terlihat sempurna tapi kosong.

Jangan takut trial & error. Coba, evaluasi, dan refine terus. Dan yang paling penting—tetap jadi diri sendiri.

Baca Juga: “4 Keuntungan Membangun Personal Branding

Share this post :

Facebook
Twitter
LinkedIn

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *