Pernah nggak, kamu baca tulisan promosi tapi malah berasa kayak baca novel mini? Nggak kaku, nggak ngebosenin, dan bahkan bikin kamu mikir, “Loh, kok jadi pengen beli ya?” Nah, itulah kekuatan storytelling dalam copywriting.
Dalam dunia marketing yang makin padat dan berisik, storytelling bukan cuma bumbu tambahan, tapi elemen utama biar tulisanmu nyangkut di kepala dan hati audiens.
Kenapa Storytelling Penting dalam Copywriting?
Storytelling bikin pesanmu lebih manusiawi. Kalau kamu cuma bilang, “Produk ini bikin kulit glowing,” itu informatif, tapi… hambar. Beda cerita kalau kamu bilang:
“Dulu aku nggak pernah pede tampil bare face. Tapi sejak pakai [nama produk kamu], aku pelan-pelan mulai lihat perbedaan. Sekarang, aku bahkan nyaman ke minimarket tanpa make-up.”
See? Audiens nggak cuma dikasih fakta, tapi juga diajak merasakan.
Baca Juga: “10 Kesalahan Copywriting yang Bisa Merusak Penjualan Produk Kamu“
Elemen Penting dalam Storytelling Copywriting
Sebelum kamu asal nulis cerita, yuk pahami dulu unsur pentingnya:
-
Karakter
Bisa berupa tokoh nyata (kamu, pelanggan, brand ambassador) atau fiktif. Karakter ini yang akan membawa cerita dan jadi “teman ngobrol” pembaca. -
Konflik
Masalah yang relatable. Misalnya: kulit kusam, susah tidur, bingung cari kerja. -
Solusi
Produk atau layananmu jadi penyelamat dari konflik itu. -
Transformasi
Perubahan nyata yang dirasakan karakter setelah menemukan solusi tadi.
Struktur Dasar Storytelling dalam Copywriting
Coba pakai formula klasik ini:
Problem → Journey → Solution → Result
Contohnya:
“Setiap malam aku begadang karena kerjaan numpuk. Akibatnya, pagi hari rasanya kayak zombie. Sampai akhirnya aku coba [produk/layanan kamu]. Sekarang, aku bisa tidur lebih cepat dan bangun nggak pusing lagi!”
Struktur ini simpel tapi kuat, karena mengandung elemen yang menggugah emosi + menyisipkan value produkmu.
Teknik-Teknik Storytelling yang Bisa Kamu Coba
Berikut beberapa teknik storytelling yang umum dipakai dalam copywriting:
1. Story-Based Testimonial
Testimoni biasa itu oke. Tapi kalau dikemas dalam bentuk cerita? Efeknya bisa jauh lebih nendang.
Contoh:
“Awalnya aku skeptis. Banyak produk janji muluk, tapi hasilnya nihil. Tapi karena temenku rekomendasiin [produk], aku akhirnya coba juga. Dua minggu kemudian, aku langsung tahu ini beda.”
Testimoni seperti ini jauh lebih kredibel dan relatable.
2. Cerita Founder / Behind the Brand
Ceritakan perjuangan, misi, atau bahkan tantangan saat kamu membangun bisnismu. Sekarang banyak founder bisnis yang juga menggunakan formula ini.
“Waktu itu aku lagi nganggur, modal pas-pasan. Tapi aku nekat bikin produk ini karena lihat banyak orang punya masalah serupa. Dari dapur kecil di rumah, aku mulai produksi. Sekarang, pesanan datang dari berbagai kota.”
Orang suka koneksi emosional. Cerita founder bikin brand lebih manusiawi.
3. User Journey
Ceritakan perjalanan pelanggan dari sebelum kenal produk, saat mulai mencoba, sampai jadi loyal customer.
“Dulu aku cuma cari-cari produk pemutih gigi di internet. Iseng beli [produkmu], eh ternyata cocok. Sekarang aku rutin pakai dan udah ngajak 3 temen buat coba juga!”
Tips Menulis Storytelling Copywriting yang Nendang
✔ Pahami audiensmu
Kamu nggak bisa bikin cerita yang nyambung kalau nggak tahu siapa yang baca. Anak kuliahan, ibu rumah tangga, fresh graduate? Gaya bahasanya bisa beda semua.
✔ Keep it simple
Nggak perlu kalimat panjang-panjang atau alur cerita rumit. Justru semakin ringan dan kasual, makin mudah dicerna tulisan kamu.
✔ Bangun emosi, bukan cuma informatif
Orang beli karena alasan emosional, bukan logis. Cerita yang bikin mereka merasa “gue banget” itu jauh lebih powerful dibanding data teknis.
✔ Gunakan detail yang relevan
Detail kecil bisa memperkuat cerita. Misalnya: “Jam 2 pagi aku masih bolak-balik di kasur karena overthinking soal kerjaan.“
Contoh Storytelling dalam Copywriting
Misal kamu jual planner produktivitas:
“Tahun lalu, aku ngerasa stuck. Banyak ide, tapi nggak satu pun yang jalan. Sampai akhirnya aku mulai nyatet semua di planner—bukan cuma to-do list, tapi juga progress, evaluasi, dan self-reward. Hasilnya? Aku selesaikan 3 project besar dalam 6 bulan dan bisa cuan ratusan juta rupiah. Bikin kerjaanku cepet selesai dan datangka projek besar lainnya.”
Kamu bisa tambahkan CTA halus di akhir:
“Kamu juga pengin lebih terstruktur dan produktif? Coba planner ini, siapa tahu hidupmu ikut berubah.”
Storytelling Itu Bukan Fiksi. Tapi Realita yang Diperkuat
Banyak orang mengira storytelling itu harus mengarang bebas. Padahal nggak! Kamu bisa ambil pengalaman nyata, bisa dari dirimu sendiri, pelanggan, bahkan rekan bisnis, lalu olah jadi cerita yang menarik dan membangun emosi.
Kuncinya: jujur, relevan, dan emosional.
Bonus: Format Storytelling Cepat untuk Caption/Landing Page
Kalau kamu butuh versi singkat (misalnya buat caption Instagram), coba format ini:
[Masalah] + [Cerita Singkat] + [Solusi] + [Call-to-Action]
Contoh:
“Aku tipe yang gampang lupa. Banyak janji yang nggak keinget, bikin malu sendiri. Untungnya, sejak pakai [nama produk], semua jadi lebih tertata. Nggak ada lagi janji yang kelewat.
Yuk, mulai hari ini lebih rapi dan reliable bareng [produk].”
Cerita yang Menjual, Bukan yang Mengada-ada
Copywriting bukan soal nulis indah, tapi nulis yang nyampe ke pembaca kamu. Dan storytelling bantu kamu bikin pesan yang bukan cuma dibaca, tapi dirasakan. Karena pada akhirnya, orang nggak beli produk—mereka beli rasa, pengalaman, dan harapan.
So, Berhenti jualan doang & mulailah bercerita!
Baca Juga: “Cara Menulis Call-to-Action (CTA) yang Menghasilkan Konversi“